Kamis, November 15, 2007

PENSIL


PENSIL. Semua orang tahu tentang pensil.
Mulai anak anak TK sampai yang sudah bekerja tidak akan pernah melupakan pensil.
Dalam tataran belajar pertama kali ketika di TK, kita diberi pensil oleh Bu Guru TK sebuah pensil untuk menulis atau tepatnya menggambar apa saj
Hasilnya ? Sebuah lukisan benang ruwet. Sangat Ruwet.
Lalu dengan kecerdasan yang kita miliki, kita mampu menjelaskan dan menterjemahkan lukisan tersebut dengan berbagai cerita.
Cerdas kita melebihi profesor manapun.

Sekarang, ketika saya sudah bekerja dan sering workshop dari hotel ke hotel, selalu mendapat pensil hotel. Pensil dengan label hotel.
Pensil pensil tersebut selalu saya simpan. Saya sering mendapat banyak pensil. Karena banyak peserta workshop yang tidak mau membawanya.
Saya "angkut" pensil pensil tersebut. Kadang 5 sampai 10 buah pensil bisa saya bawa pulang sehabis workshop. Jumlahkan saja kalau berkali kali saya workshop di hotel. Lalu, untuk apa pensil tersebut ?
Saya punya anak yang hobby menggambar.
Saya punya anak yang sedang kuliah di desain komunikasi dan visual
Saya punya keponakan yang masih sekolah di SD
Saya punya keponakan yang masih sekolah di TK
Saya punya saudara saudara yang masih sekolah
Semua butuh pensil !!!! Apalagi diberi pensil dan pensilnya berlabel hotel.
Wooowwwww.... kelihatan senangnya wajah mereka bila mereka menerimanya. Karena Pensil standar mudah mencarinya. Pensil berlabel hotel, tidak biasa ada di kotak mereka.

Dulu ketika saya masih anak anak, pensil merupakan barang yang sangat berharga. Seringkali sebuah pensil saya bagi dengan adik saya agar kami bisa punya pensil bersama. Sebuah pensil dengan tulisan made in China 2B. Separoh bagian saya, separoh bagian adik saya. Pensil bagian saya, kedua ujungnya saya serut agar lancip semuanya. Sehingga saya bisa menggunakannya atas bawah untuk berbagai keperluan. Ya untuk menulis. Ya untuk menggambar. Rasanya, bangga sekali punya pensil yang banyak gunanya.
Setiap hari pensil saya serut. Setiap hari pensil saya elus elus agar gak mudah putus ujungnya. Setiap hari pensil saya masukkan kedalam kotak pensil yang terbuat dari kayu. Klotak klotak bunyinya....

Sekarang....
Jaman sudah berganti. Tidak ada lagi ceritanya menggunakan pensil separoh. Apalagi diserut kedua ujungnya

Hari ini ...
Pensil dirumah saya tinggal sedikit. Saya masih berusaha. Agar workshop berikutnya di hotel yang berbeda. Lalu mendapat pensilnya. Sehingga ...Pensilnya menjadi penuh warna. Dan... Keponakan saya selalu gembira, karena selalu menerima pensil dari saya.

Bukankah membuat gembira dan senang orang lain juga menyenangkan jiwa kita....


Joko WiN
November 2007



3 komentar:

Anonim mengatakan...

pak Joko ...
saya ngak sengaja membaca blog bapak ...
membaca "Pensil" ini membuat saya jadi ingat kesederhanaan orang tua saya yang lebih mementingkan anak2nya bisa sekolah daripada memikirkan kesenangan mereka ...
trima kasih pak Joko ... anda sudah berhasil mengingatkan saya pada kesungguhan kedua ortu saya, dalam memperjuangkan nasib kami ...
terima kasih ... semoga bapak dan semua orang baik di dunia ini mendapat lindunganNya ...

Keep on writing sir

jokowin mengatakan...

terima kasih juga.
semoga bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita

Anonim mengatakan...

bener bgt kang..