Saya dan Isteri
mengunjungi Candi Kidal, sebagai salah satu sebagai salah satu candi warisan dari kerajaan Singosari
Sebuah candi dengan konstruksi yang luar biasa
indahnya.
Candi Kidal
Candi Kidal dibangun pada tahun
1248 M, , bertepatan dengan berakhirnya rangkaian upacara
pemakaman yang disebut Cradha (tahun ke-12).
Candi
Kidal dibangun sebagai bentuk penghormatan atas jasa besar Anusapati,
Raja kedua dari Singhasari, yang memerintah selama 20 tahun yakni mulai tahun 1227
s.d 1248.
Anusapati
meninggal karena dibunuh oleh Panji Tohjoyo sebagai bagian dari perebutan kekuasaan Singosari,
juga diyakini sebagai bagian dari kutukan keris Empu Gandring.
Setelah mengalami pemugaran di
tahun 1986 s.d 1990, Candi Kidal ini bisa dilihat dan dinikmati.
Ukuran Candi
Kidal adalah Panjang 10,8 meter; Lebar 8,36 meter dan Tinggi 12.26 meter,
Secara
vertikal candi ini dapat dibagi menjadi kaki candi, tubuh candi dan atap candi.
Sedangkan di dalam bilik candi tidak ditemukan arca selain Yoni ditengah-tengah
ruangan.
Lokasi
Candi Kidal terletak di Desa
Rejokidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, sekitar 20 km sebelah timur
kota Malang, Jawa Timur
Keistimewaan
Candi Kidal memiliki kelebihan dibanding dengan
candi-candi lainnya.
Kaki candi nampak agak tinggi dengan tangga masuk
keatas kecil-kecil seolah-olah bukan tangga masuk sesungguhnya.
Badan candi
lebih kecil dibandingkan luas kaki serta atap candi sehingga memberi kesan
ramping. Pada kaki dan tubuh candi terdapat hiasan medali serta sabuk melingkar menghiasi
badan candi.
Atap candi terdiri atas 3 tingkat yang semakin
keatas semakin kecil dengan bagian paling atas mempunyai permukaan cukup luas
tanpa hiasan atap seperti ratna (ciri khas candi Hindu) atau stupa (ciri khas
candi Budha).
Masing-masing tingkat disisakan ruang agak luas dan diberi
hiasan. Konon tiap pojok tingkatan atap tersebut dulu disungging dengan berlian
kecil.
Hal menonjol lainnya adalah kepala kala yang
dipahatkan di atas pintu masuk dan bilik-bilik candi. Kala, salah satu aspek
Dewa Siwa dan umumnya dikenal sebagai penjaga bangunan sucii. Hiasan kepala kala Candi Kidal nampak menyeramkan
dengan matanya melotot, mulutnya terbuka dan nampak dua taringnya yang besar
dan bengkok memberi kesan dominan. Adanya taring tersebut juga merupakan ciri
khas candi corak Jawa Timuran.
Di sudut kiri dan kanannya terdapat jari tangan
dengan mudra (sikap) mengancam. Di sudut kiri dan
kanan terdapat jari tangan yang siap menerkam. Relief raksasa tersebut
dimaksudkan sebagai penjaga bangunan suci candi Kidal.
Ciri
khas candi ini adalah adanya narasi cerita Garuda terlengkap yang terpahat pada
kaki candi.
Cara membacanya dengan berjalan berlawanan arah jarum jam, dimulai
dari sisi sebelah selatan. Relief pertama menggambarkan Garuda menggendong 3
ekor ular besar, relief kedua melukiskan Garuda dengan kendi di atas kepalanya,
dan relief ketiga Garuda meyangga seorang wanita di atasnya.
Di
antara ketiga relief tersebut, relief kedua adalah yang paling indah dan masih
utuh. Menurut kesusasteraan Jawa Kuno, Garudeya, ketiga relief tersebut
menggambarkan perjalanan Garuda dalam membebaskan ibunya dari perbudakan dengan
penebusan air suci “amerta”.
Relief
Garuda yang terpahat di kaki candi memberi pesan moral yang patut diteladani.
Bila
diterjemahkan dalam kehidupan sekarang, pesan moral tersebut tampaknya masih
aktual: bakti seorang anak kepada orang tua –terlebih lagi kepada ibu yang
melahirkan— tak akan lekang dan lapuk oleh waktu.
( disarikan dari berbagai sumber )
JOKOWiN
September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar