Lebaran tahun 2007 akhirnya datang juga. Tepatnya hari Sabtu,13 Oktober 2007.
Lebaran kali ini terasa agak istimewa. Karena Saya sekeluarga punya anak angkat dari Jerman. Namanya Irene. Sebenarnya Irene Mahasiswa yang sedang magang di VEDC Malang. Berhubung magangnya di Seksi Publikasi, yang berarti juga sebagai staff saya. Irene saya ajak untuk merasakan nikmatnya lebaran sebagai hari besar umat Islam. Maklum, Irene sebagai penganut agama Katolik, dinegaranya gak pernah menikmati lebaran.
Saya sekeluarga plus Irene bersalam salaman dengan tetangga sekitar sebagai perwujudan silaturahim. Maaf maafan. Jabatan tangan. Makan roti kalengan. Makan kue buatan sendiri. Minum sirup disana sini. Slurppp. Kenyangggg....
Dirumah, isteri saya menyediakan kue kue dalam 6 tempat, yang berarti 6 macam. Minumnya jus apel sebanyak 6 doos. Rasanya sampek mblenger. Dan yang nggak lupa, menyediakan sangu untuk anak anak yang datang berlebaran. Untuk anak anak kecil masing masing Rp. 1000. Untuk yang agak besar Rp. 2000 an. Untuk remaja Rp. 5000 an.
Anak anak kecil mulai berdatangan. Pokoknya datang, salaman, diberi uang, langsung pulang. Kadang saya gak ngerti, itu anak siapa. Sehari hari gak pernah ngerti, tiba tiba lebaran datang beramai ramai. Ternyata anak anak datang setelah mendengar bahwa di rumah saya disangoni. Maka yang lain ikut ikut lebaran. Yang penting jabat tangan dan disangoni. Kegembiraan yang didapat setahun sekali. Kegembiraanya seperti kegembiraan saya 40 tahun yang lalu ketika saya baru berumur 7 tahun. Setiap lebaran selalu mencari sangu. SEtelah salaman, selalu menunggu sangu dari si empunya rumah. Biasanya mereka memberi masing masing 2,5 rupiah. No sangu, no pamit. Suguhan jajan saja gak cukup, yang penting sangu. Karena dengan ngumpulkan uang sangu, saya bisa membeli es lilin, sebuah es bentuk kotak yang disunduk dengan lidi. Warnanya merah jingga. Enaknya tiada tara.
Lebaran 2007 ini ada yang ditunggu. Dan, siangnya sekitar jam sepuluh, saat yang ditunggu datang. Sebanyak 35 anak remaja se RW datang berbarengan ke rumah saya. Rame banget. Kue bablas. Minuman amblas. Tapi saya sekeluarga puas. Mereka mulai teriak, sangune pak, sangune bu. Langsung ketika keluar rumah, dipintu keluar saya berdiri sambil nyangoni satu persatu. Masing masing Rp. 5000. Yang sudah nikah masing masing Rp. 10.000. Uangnya mereka lambai lambaikan bahkan ada yang mengelap keringat dengan uang 5 ribuan. Ulah yang natural dari anak muda. Semua rame. Semua gayeng. Semua senang.
Saya lihat Isteri saya Wiwin, Anak tertua Koko, Anak kedua Ninar, Anak ketiga Bagus dan Anak Angkat Irene semua tertawa dibarengi suka. Saya riang bersama mereka.
Alhamdullilah, lebaran kali ini kami sekeluarga bisa berbuat sesuatu yang bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar