Blangkon ? Do you know?
Saya yang wong jowo, sangat familiar dengan blangkon. Bagi yang belum tahu blangkon, sederhananya blangkon adalah topinya wong jawa tempo dulu. Tetapi masih juga digunakan oleh orang tempo kini. Biasanya dipakai untuk acara acara yang bersifat tradisional maupun acara besar. Salah satunya acara Wedding, Pengantin maupun somebody want to married. Peran blangkon sangat signifikan dalam acara pengantinan.
Blangkon. Apa hubungannya dengan Casing?
Untuk HP, computer, laptop casing sangat berperanan sehingga harganya menjadi mahal. Bagi kepala, blangkon bisa dilihat sebagai casing. Bentuk kepala yang lonjong, bulat, kurus, gemuk, gondrong, cepak, punk, plontos, botak, gundul, berambut standar semuanya bisa ditutupi oleh makhluk yang bernama blangkon. Kepala menjadi lebih bergaya. Dan bentuk kepalanya menjadi sama. Satu dengan yang lain menjadi sama. Hampir gak ada beda.
Berbincang blangkon, saya baru saja memakainya, setelah sekian lama gak pakai blangkon. Itupun saya gunakan karena ditempat pak bos saya, anaknya jadi pengantin. Saya dengan isteri menjadi penerima tamu. Penerima tamu ada 15 pasang. Semua pakai blangkon, sedangkan isteri pakai baju dan kebaya seragam. Artinya dapat jatah dari yang empunya gawe. Wah seru banget. Pakai pakaian jawa dan pakai keris lagi. Persis Ken Arok mau maju perang. Gagah, garang, kuat, tapi jalannya iplik iplik karena selopnya kekecilan…..
Berbincang blangkon, saya jadi teringat ketika kuliah S1 di IKIP Yogyakarta Hadiningrat. Saya yang orang jurusan teknik harus menjadi ketua unit kegiatan Tari dan Karawitan IKIP. Wadawww….. semua jadi aneh.
Saya yang biasa diskusi tentang konstruksi bangunan tiba tiba harus bercengkrama dengan gamelan, tarian yang lembut dan lemah gemulai. Jadi ? ya nikmati aja, kan yang menari cantik cantik, masih muda dan powerfull.
Waktu itu, saya jadi sering pakai blangkon karena sering pentas kemana-mana. Saya, yang katanya mbah saya pinter main gamelan, jadi sering menabuh gamelan sambil mengiringi penari yang cantik cantik tadi.
Hari itu, saya baru merasa bahwa setiap orang punya potensi, hanya perlu digali. Walaupun tidak sesuai dengan bidang pendidikan yang dijalaninya. Kemampuan mengorganisasi kegiatan merupakan cikal bakal untuk meraih pengorganisasian yang lebih besar dimasa mendatang. Jadi, kemampuan sekecil apapun, perlu diberdayakan agar menjadi optimal. hal ini sejalan dengan pendapat James L Gibson yang ahli SDM dan organisasi, pemberdayaan menjadi motor penggerak untuk kemajuan institusi.
Sayangnya kegiatan Karawitan dan Tari ini harus berhenti setelah kuliah. Bahkan ketika kuliah di S2 UGM Jogja dan S3 di Unibraw Malang, saya gak bisa main gamelan di kampus lagi. Karena pura puranya sibuk belajar agar kuliah cepat kelaaarrrr…..
Hari ini,
Ketika saya lihat foto saya pas pakai blangkon, saya jadi tertawa sendiri. Ternyata poto saya persis pemain wayang yang lagi mau naik pentas. Sayangnya saya sudah gak bisa menari lagi. Sudah kegemukan. Sudah gak pantas jadi Baladewa lagi. Pantasnya jadi bapak rumah tangga saja….
JOKO WiN
Juni 2008
2 komentar:
salut untuk anda
salam dari solo
http://businesssolo.com
http://businesssolo.blogspot.com
http://soloindonesia.blogspot.com
matur nuwun
Posting Komentar