Anakku yang pertama TUTUKO NINAR NOVIYANTO diwisuda setelah lulus dari Arsitektur ITS. Dengan umur 22,5 tahun, sudah lulus jadi Sarjana. Good for the beginning. Bahkan sudah kerja sebelum diwisuda. Good news.
Saya dan Isteri merasa bahwa baru kemarin anak saya yang pertama ini keluar dari Singosari. Memang berjalannya waktu mengalahkan segalanya. Ternyata anak kami sudah berumur hampir 23 tahun. Sudah mulai harus mandiri.
Saya jadi ingat masa masa Koko ( demikian dia memanggil dirinya sendiri) kecil.
- Mulai minum ASI ibunya hanya sebulan karena ASI tidak keluar lagi, sehingga diganti dengan susu S 26 yang saat itu harganya Rp. 4.000 sebagai harga termahal sekaleng susu di Indonesia. Hingga kami setiap tanggal 20 an harus mencari hutangan untuk bisa beli susu dan dibayar pada awal bulan gajian. Tanggal 20 an sampai akhir bulan, kami harus mengalah, dengan makan bubur nasi agar hidup terus berjalan. Demikian berjalan berbulan bulan.
- Mulai baru bisa bicara Teti Teti. Belajar berjalan dengan tangan didekap didepan Ali-alinya ( demikian dia menamakan alat kelaminnya) yang seringkali berjalannya tanpa rem sehingga berhentinya didepan tembok.
- Belajar di TK sampai gurunya pusing karena Koko pinter banget. Baca, tulis jadi makanan sehari-hari. Jadi ketika Koko berumur 5 tahun, dia harus masuk SD agar lebih tersalurkan kepandaiannya. Saya jadi ingat, Koko yang setiap berangkat sekolah lari bersama dengan adiknya, tapi kalau pulang selalu minta gendong ibunya.
- SD dilalui dengan lancar. Belajar naik sepeda dengan berkali kali ambruk. Akhirnya bisa juga. Jadinya ke sekolah naik sepeda.
- SMP dilalui dengan sukses. Bahkan bisa menjadi ketua OSIS dengan berbagai prestasinya
- SMA berada di SMA 3 sebagai SMA Favorit di Malang
- Kuliah di ITS Jurusan Arsitektur sampai lulus.
Tiba tiba semuanya selesai : sekolahnya, kuliahnya.
Koko kecil yang dulu kami ingat Teti Tetinya sudah menjadi bagian dari milik dunia ini. Kami harus merelakannya.
Tiba tiba saya teringat kata kata Kahlil Gibran :
Anakmu bukanlah anakmu.
Anakmu adalah milik masa depan.
Seperti sebuah panah, setelah melepaskannya, kita tidak dapat menariknya kembali.
Sukses ya Mas...
Cinta kami mengiringi semua kesuksesanmu
Cinta kami tak lekang sampai akhir jaman
Peluk cium
Ayah dan Ibu tercinta
Oktober 2008